Apakah Vape Berbahaya? Ini Hasil Riset BRIN 2025!

apakah vape berbahaya

Apakah vape berbahaya? Pertanyaan ini masih sering muncul di tengah masyarakat karena saat ini vape menjadi suatu lifetsyle. Masyarakat baik non perokok maupun perokok yang beralih dari rokok konvensional ke rokok elektrik (vape) juga bertanya-tanya apakah vape berbahaya.

Kamu tak perlu khawatir, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) akhirnya merilis hasil penelitian laboratorium terbaru tentang tingkat toksikan pada vape ketika dibandingkan rokok biasa.

Perlu kamu ketahui, Badan Riset dan lnovasi Nasional (BRIN) adalah lembaga pemerintah yang berperan menyelenggarakan penelitian, pengembangan, pengkajian, dan penerapan, serta invensi dan inovasi, penyelenggaraan ketenaganukliran, dan penyelenggaraan keantariksaan yang terintegrasi.

Di Indonesia, BRIN memiliki fungsi menyusun rekomendasi perencanaan pembangunan nasional berdasarkan hasil kajian ilmiah. Oleh karena itu, hasil penelitian BRIN kerap menjadi rujukan saat memutuskan kebijakan publik. Nah, kali ini BRIN menyampaikan kajiannya tentang vape.

Hasil kajian penelitian telah diumumkan dalam Konferensi Pers Kajian Rokok Elektrik di Indonesia yang digelar di Hotel Borobudur Jakarta pada 11 November 2025 lalu. 

Dalam kesempatan itu, BRIN menyampaikan hasil uji laboratorium yang menjadi kajian paling komprehensif tetapi juga menarik mengenai profil toksikologi rokok elektrik di Indonesia.

Kajian yang berjudul “Evaluation of Laboratory Tests for E-Cigarettes in Indonesia Based on WHO’s Nine Toxicants” ini meneliti 60 sampel vape dari berbagai merek dan kadar nikotin, serta membandingkannya dengan 3 jenis rokok konvensional.

Hasil uji dalam penelitian difokuskan pada 9 senyawa toksikan utama yang ditetapkan oleh WHO, seperti formaldehida, asetaldehida, akrolein, karbon monoksida, 1,3-butadiena, benzena, benzo[a]pyrene, serta dua nitrosamin spesifik tembakau (NNN dan NNK).

Selain menyesuaikan dengan WHO, pengujian juga dilakukan untuk mengetahui apakah vape berbahaya.

Hasilnya dari penelitian tersebut sungguh menarik. BRIN menemukan bahwa tingkat toksik emisi vape jauh lebih rendah dibanding rokok konvensional. 

Beberapa penemuan BRIN antara lain formaldehida 10 kali lebih rendah, akrolein 115 kali lebih rendah, dan benzena 6.000 kali lebih rendah. Menariknya, beberapa zat seperti karbon monoksida, 1,3-butadiena, NNN, dan NNK tidak terdeteksi sama sekali.

Dari penelitian tersebut tentu sudah bisa menjelaskan apakah vape berbahaya atau tidak. Menurut Prof. Bambang Prasetya, peneliti BRIN, mengungkapkan, “Emisi dari rokok elektrik mengandung kadar toksikan yang jauh lebih rendah dibandingkan rokok konvensional.” 

“Meskipun masih ditemukan beberapa senyawa seperti formaldehida dan asetaldehida, jumlahnya signifikan di bawah batas pada rokok biasa.” Imbuhnya.

Ia menambahkan bahwa temuan ini menjadi langkah awal penting untuk memutuskan kebijakan produk tembakau di Indonesia. 

“Dengan memahami profil toksikan produk nikotin secara akurat, pemerintah dan masyarakat dapat mengambil keputusan yang lebih bijak dan berbasis risiko,” ujarnya.

Namun, BRIN juga menegaskan bahwa vape bukan produk bebas risiko. Senyawa seperti formaldehida dan asetaldehida tetap dapat menimbulkan efek kesehatan ketika dikonsumsi terus-menerus dan berlebihan. Oleh karena itu, pengawasan dan standardisasi pengujian harus tetap dilakukan untuk menjamin keamanan pengguna.

Untuk menjawab pertanyaan apakah vape berbahaya, BRIN menyebutkan vape tetap berisiko, tetapi tingkat bahayanya terbukti jauh lebih rendah dibandingkan rokok konvensional menurut kajian penelitian yang telah dilakukan. Sebagaimana yang sudah dijelaskan di atas.

Vape On menjadi pusat informasi terpercaya bagi para vapers. Di website ini, kamu bisa menemukan berbagai berita terbaru, edukasi, hingga rekomendasi produk liquid dan device yang sedang hits. Jangan lewatkan informasi penting seputar vape. Yuk, kunjungi situs Vape On untuk maksimalkan pengalaman vaping yang memuaskan!

Bagikan melalui :

WhatsApp
X
Facebook
Telegram